Sosok 'istri polisi' itu terlihat dalam kecelakaan yang menewaskan mahasiswi Universitas Suryakancana Selvi Amalia Nuraeni di Jalan Raya Bandung, Cianjur.
Memang, siluet seorang wanita dan pengemudi Audi mengatakan mereka memasuki konvoi atas persetujuan suaminya, yang dia akui sebagai anggota polisi.
Nur, seorang penumpang Audi A6, mengatakan dia memasuki konvoi dengan izin suaminya, seorang polisi.
“Saya telepon, janjian dengan suami saya di tempat makan, lalu suami saya juga ikut arak-arakan. Saya akhirnya ikut (konvoi polisi), atas izin suami saya," ujarnya, Jumat (27/1).
Ia mensinyalir dirinya adalah istri anggota polisi yang berinisial D. "Saya istrinya, polisi. Inisial D," kata Nur.
Nur pun mengatakan mobil itu milik suaminya dan dipinjamkan karena mobil itu sedang diperbaiki di bengkel.
“Saya dipinjamkan karena mobil saya ada di garasi. Mobil ini baru saya pakai tiga kali. Saya tidak tahu jenis apa tapi hitam," katanya. Di sisi lain, pengemudi Audi A8 Sugeng (43 tahun) membantah bahwa mobil yang dikendarainya masuk ke konvoi secara ilegal.
“Nama saya Sugeng, saya supir Audi yang diberitakan selama ini. Sebagai supir saya ingin mengklarifikasi fakta yang sebenarnya, bahwa saya masuk konvoi, saya tidak menerobos masuk atau memaksa, saya mengintervensi. saya sendiri". prosesi, tidak, itu semua ditemani oleh ibu dan ayah bos. Saya sopirnya," kata Sugeng kepada awak media, Jumat (27/1).
Sugeng tidak merinci siapa tokoh "ayah" yang disebutnya itu adalah orang yang mengetahui kendaraannya masuk konvoi saat itu.
“Karena ada rapat untuk tanya ke suami ibu bos ini. Saya mengikuti, saya pikir dan melihat tidak ada mobil anggota saat itu, saya jalan dengan arak-arakan seperti biasa. Bukannya saya boros. Saya mengikuti dan bapaknya sudah tahu," katanya.
Sugeng menjelaskan, saat itu dalam konvoi mobilnya ada di belakang. Tidak ada mobil lain yang mengikuti.
“Saat mendekati TKP, 2 mobil di depan, saya melihat seorang perempuan mengendarai sepeda motor mondar-mandir. Untuk beberapa alasan, dia bergoyang seperti akan jatuh. terhalang oleh dua mobil, saya spontan belok kiri. Mobil saya mengelak,” kata Sugeng.
"Di belakang saya, saya melaju lurus tanpa henti. Saya ingin memperlambat karena mendengar suara berisik. Maksud saya memperlambat karena saya ingin memeriksa. Saya adalah pengemudi dan mobil adalah tanggung jawab saya. Jika ada goresan atau lecet di sini, saya harus ganti rugi Bos," imbuhnya. Saat itu, Sugeng membawa istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Dia memutuskan untuk berhenti ketika dia melihat beberapa orang mengejar mobilnya.
“Karena saya melihat pemiliknya dan ada anak kecil di dalamnya, saya bekerja sama untuk menepi. Saya memberhentikan mobil, secara refleks mengambil ponsel saya untuk merekam video dan kemudian keluar dari mobil. mobil. Orang (pengejar) itu langsung marah dan menuduh saya yang melakukannya. Itu katanya, pak (helm korban) hancur, bapak tanggung macam-macam bla bla bla," kata Sugeng.
Dia kemudian menjelaskan detail kejadian dan bersama beberapa orang memeriksa mobil yang dikendarainya.
“Karena saya berurusan dengan perasaan orang-orang nyata yang langsung membuat penilaian seperti itu tanpa bukti. Saya mengundang mereka untuk membuktikannya. Saudara-saudara sekalian saya jelaskan, semua mobil yang saya kendarai sedan kelas audi, ceper pak, rendah sekali, kita cek dulu apa yang bapak tuduhkan saya tabrak itu benar benar. Lihat pak, saya punya bukti bahwa semua video ada di sini. Tidak ada goresan, tidak ada penyok. Termasuk ban, di sekeliling mobil, tanpa Anda. Bukti tidak ada. Jadi tidak semua tudingan itu benar," kata Sugeng.
Polres Cianjur menyelidiki catatan Nur. Kapolres Cianjur, AKBP Doni Hermawan mengatakan Nur bukan istri anggota polisi.
"Yang bersangkutan (Nur atau EN) bukan istri anggota (polisi), tapi teman. EN kenal anggota polisi," kata Doni, Minggu (29/1).
Nur diyakini sebagai pemilik tersangka, Sugeng. Karena Nur mengenal polisi, ia mengikuti Doni, tersangka Sugeng yang saat itu mengendarai Audi A6, adalah salah satu dari rangkaian mobil polisi yang melaju ke arah yang sama.
"Dia ikut pengawalan karena merasa percaya diri, pemiliknya kenal polisi. Jadi dia (Sugeng) berani tinggal di pengawalan, seolah-olah dia bagian dari pengawalan itu," kata Doni.
Komentar
Posting Komentar